Pages

Tuesday 20 September 2011

Nabi Muhammad Dalam Ramalan Naskah Buddha


Nabi Muhammad Dalam Ramalan Naskah Buddha

 Vajra Pestle (salah satu alat terpenting dalam Darma) dan Naskah Buddha di SiChuan, China. Dalam naskah Buddha terdapat ramalan oleh Pimpinan Agung Buddha Gautama tentang kedatangan seseorang yang sangat menginspirasi. Dalam ramalan tersebut terdapat banyak kesamaan dengan sosok Nabi Muhammad. (Foto: Filckr)
BEIJING  – Pimpinan Buddha Gautama, telah meramalkan kedatangan seseorang yang menginspirasi. Di dalam kitab Buddha oleh Caras (hal. 217-8). Ramalan tersebut ditulis bahwa Buddha agung ini akan datang ke dunia dikenal sebagai "Maitreya".
Cakkavatti-Sihanada Suttana memberinya nama "Metteyya". Kedua nama tersebut dalam kata-kata berarti "Yang Penuh belas kasihan." Dengan rujukan pada sejarah Nabi Muhammad S.A.W, bisa dilihat bahwa ia memang  sangat penuh belas kasihan dan Al-Qur'an juga merujuk pada fakta ini.
Ada kesamaan lebih jauh, seperti yang Naskah Buddha sebutkan: "Para Penganut Maitreya akan berjumlah beri-ribu orang, sementara jumlah penganut saya sebanyak ratusan."
Ini adalah sebuah fakta terkenal bahwa Muhammad S.A.W memiliki penganut ribuan. Ada kesamaan lebih jauh, yang mana dijelaskan selanjutnya.
Dalam naskah Buddha (oleh Carus – hal. 214), sebuah pencerahan Buddha digambarkan memiliki sebuah kulit yang terang dan bahwa, seorang Buddha mendapatkan penglihatan utama pada malam hari, ia meninggal secara alami pada malam hari, terlihat sangat terang sebelum kematiannya, dan pada akhirnya, setelah kematiannya ia berhenti ada di dunia ini. Semua inti tersebut dapat diterapkan pada Nabi Muhammad.
Dalam Si-Yu-Ki, volume 1 halaman 229, tertulis bahwa "…tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan keindahan pribadi Maitreya".
Sekali lagi, penilaian ini diserahkan kepada para pembaca untuk memeriksa sejarah Islam dengan terperinci; keduanya, Muslim dan non-Muslim hampir sepakat dalam menegaskan bahwa Muhammad S.A.W. sangat tampan dan memang indah.
Si-Yu-Ki voume 1 (halaman 229) lebih jauh membacakan "…keindahan suara Bodhisattva (Maitreya) lembut dan murni dan sopan; mereka yang mendengarkan tidak akan bisa lelah, mereka yang mendengarnya tidak pernah jenuh."
Bahasa Arab luar basa untuk keindahannya. Terlebih lagi, kitab suci Al-Qur'an dianggap sebuah hasil karya sastra unik tertinggi dipuji oleh kawan begitu juga lawan.
Naskah Buddha telah menjelaskan lebih jauh karakteristik Buddha. Dengan tujuan memenuhi persyaratan untuk Maitreya, ia harus puas dengan syarat-syarat tersebut.
Seorang Buddha pastilah seorang manusia – bukan seorang dewa. Seorang Buddha pastilah memiliki lima anugerah khusus. Anugerah harta karun, anak, istri, kepengaturan (kepemimpinan), dan kehidupan dan anggota badan.
Tambahan pula, Buddha akan tidak memiliki guru, contohnya tanpa ada bentuk apapun dari pendidikan formal. Gautama juga telah menekankan bahwa Buddha hanyalah seorang manusia biasa, keselamatan hanya bergantung pada sikap seseorang, Buddha hanya bisa berceramah – ia tidak memiliki klaim menjadi bagian dari supernatural.
Karakteristik di atas sejalan dengan kehidupan Nabi Muhammad S.A.W.
Kesamaan lainnya yang seharusnya disebutkan adalah untuk setiap pencerahan Buddha, ada sebuah "pohon Bo". Beberapa komentator modern percaya bahwa "pohon Bo" dari Maitreya adalah sebuah pohon dengan kayu berat.
Nabi Muhammad melihat sebuah pohon di Hodebbeyya, yang adalah tempat dari sebuah perjanjian yang penting. Al-Qur'an memberi nama "Shejar" pada pohon ini (Surat 48; ayat 18). "Shejar menurut beberapa cendekiawan merujuk pada pohon apapun dengan sebuah batang yang keras.
Sekali lagi, merupakan hal yang sangat luar biasa bahwa kesamaan semacam itu memang ada.


sumber: suaramedia.com

No comments:

Post a Comment