Pages

Thursday 22 September 2011

“TONG KOSONG NYARING BUNYINYA” DAN “MANTAN PEJABAT NYARING BUNYINYA”, SERUPA TAPI TAK SAMA


“TONG KOSONG NYARING BUNYINYA” DAN “MANTAN PEJABAT NYARING BUNYINYA”, SERUPA TAPI TAK SAMA

by Syarif Hidayat on Monday, 31 January 2011 at 08:39
“TONG KOSONG NYARING BUNYINYA” DAN “MANTAN PEJABAT NYARING BUNYINYA”, SERUPA TAPI TAK SAMA

oleh Syarif Hidayat

    “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” ini pribahasa yang sudah lama kita kenal. Yang baru adalah “Mantan Pejabat Nyaring Bunyinya”:  Sebagian dari pejabat negara kita mulai dari Presiden, Wapres, para menteri dan yang lainnya baik dari Eksekutif, Yudikatif maupun Legislatif, setelah tidak lagi menduduki jabatan, mereka menjadi lebih berani dan lebih nyaring suaranya tentang kejujuran, kebenaran dan keadilan serta problema yang dihadapi bangsa dan Negara pada saat ini terutama menyangkut wabah Budaya KORUPSI.
     Mereka juga bersuara lebih nyaring, penuh semangat dan bahkan sampai berapi-api kalau sedang mengkritik para pejabat Negara yang sekarang masih aktif. Kritikan mereka bahkan terkesan cenderung mencela para pejabat yang masih aktif (teman atau musuh mereka?). Memang seperti ungkapan klasik mengatakan bahwa “politik itu kotor, tidak ada teman atau musuh yang abadi dalam berpolitik. Yang abadi adalah kepentingan politik”
Sebuah pribahasa Jerman mengatakan:“Betrunkene und Kinder sagen die Wahrheit. Arti Letterlijk: “Orang mabuk dan anak kecil berbicara benar/jujur.” Kalau begitu apakah para mantan pejabat tersebut sekarang pada mabuk atau menjadi anak kecil? … Laugh Out Loud! Ada yang mengetahui jawabannya?
      Pertanyaannya utama sekarang adalah: Jadi selama menduduki jabatan masing-masing, ngapain saja dan kemana saja mereka itu? Kenapa pendapat dan kritikan yang sekarang mereka lontarkan secara lantang itu tidak dipraktekan selama mereka masih menduduki jabatan masing masing?
Saya yakin kalau mereka secara sungguh sungguh melaksanakan apa apa yang mereka suarakan secara lantang tersebut, pasti Indonesia sudah lebih maju dari keadaan yang kita rasakan sekarang ini. Maaf ibu ibu dan bapak bapak jangan asal omong doang alias OMDO! Masyarakat lebih menghargai perbuatan nyata para pejabat Negara daripada omongan mereka!
     Sebuah pribahasa Jerman mengatakan: Taten statt Wörter! or Taten sagen mehr als Wörter. or Lass Wörtern Taten folgen! or Lass Taten sprechen!” - Artinya: Tindakan bukannya kata kata atau Tindakan berbicara lebih keras daripada kata kata (Terjemahan leterlijk:Tindakan berbicara lebih banyak daripada kata kata) atau Biarkan kata kata menghasilkan tindakan atau Biarkan tindakan berbicara. Maknanya: Laksanakan apa yang kamu ceramahkan/dakwahkan!
     Mari berintrospeksi diri terutama bagi para pejabat negara, mantan pejabat negara dan juga calon pejabat negara: "We judge ourselves by what we feel capable of doing, while others judge us by what we have already done." (Kita menilai diri kita dengan apa yang kita rasakan dapat kita perbuat, sementara orang lain menilai kita dengan apa yang kita telah perbuat) - Henry Wadsworth.
     Tetapi Kritikan kepada sebagian mantan pejabat negara tersebut, sama sekali tidak dan jangan sampai mengurangi rasa hormat kita kepada para mantan pejabat negara dan negarawan yang banyak berjasa bagi bangsa dan negara serta kemanusiaan. Saya tidak menyebutkan nama nama mereka disini karena cukup banyak dan khawatir kalau ada yang tidak disebut, nanti bisa dikatakan pilih kasih.
     Masyarakat Indonesia sangat menghargai dan akan terus mengenang para negarawan dan mantan pejabat negara baik yang masih hidup maupun yang sudah gugur, yang sewaktu mereka menduduki jabatan mereka, mulai dari Presiden, Wapres, para menteri dan yang lainnya baik dari Eksekutif, Yudikatif maupun Legislatif, berlaku jujur dan berjasa besar bagi bangsa dan negara serta kemanusiaan.  (SH)
 ·  · Share

No comments:

Post a Comment