Pages

Wednesday 9 February 2011

Petikan Novel "KEMI" (2): Liberalisme, Sebuah dogma!


by Alde Baran on Monday, 03 January 2011 at 14:35
 
 
" Demikaianlah kami menjadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikan pada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia) . Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakanya, maka tinggalakanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan"
(TQS al-An'am:112)

“Kamu ini katanya bersikap kritis dan liberal. Kenapa pikiran kamu tidak ilmiah. Itu kan dogma namanya! Kamu percaya saja pada omongan orang, tanpa dasar, kalau ‘semua agama’ benar? Agama yang mana? Katanya kamu mau jadi intelektual. Kenapa percaya saja pada dogma yang tanpa dasar itu. Teliti dong, apa benar semua agama begitu.”

“Tetapi, dogma itu kan sudah terbukti,” kata Kemi.
“Siapa yang sudah membuktikan? Ini masalah subjektif bagi tiap-tiap agama. Kamu tadi menuduh saya subjektif. Tetapi sekarang, justru kamu yang subjektif, percaya pada dogma tanpa berpikir.”
“Subjektif saya itu subjektif ilmiah karena bersikap adil pada semua agama.”
“Itu bukan adil. Tetapi tidak berpendirian. Tidak punya agama! Posisi itu kamu akui dulu, baru kita bisa lanjutkan diskusi. Jangan muter-muter lagi.. ngeyel terus.. seperti bani Israil.”
“Kamu ini sangat anti-Yahudi. Kebencian pada Yahudi yang berlebihan itulah yang menjadi duni ini jadi rusak.”
“Kemi, saya orang Islam, maka saya yakin Islam yang benar. Dan saya punya bukti-bukti nyata bahwa keyakinan saya itu benar. Sekarang, orang Katolik juga meyakini agamanya yang benar. Begitu juga orang Yahudi, orang Hindu, Budha, dan sebagainya. Sebenarnya tidak ada masalah kalau tiap agama meyakini kebenarannya masing-masing.a coba kamu saya tanya, menurut kamu, Nabi Isa itu anak Tuhan, Tuhan, atau manusia?”
“Ya, manusia. Nabi Isa utusan Allah…”
“Nah, kalau ada yang mengatakan, Nabi Isa adalah Tuhan atau anak Tuhan, itu benar atau salah, menurut kamu?”
“Ya, itu benar menurut pendapat orang Kristen. Jadi, ya itu terserah masing-masing.”
“Yang saya tanya, menurut pendapat kamu, sebagai orang Muslim. Kamu kan punya pendapat?.”
“Ya, menurut saya, saya adalah benar. Tetapi, saya tidak mau menyalahkan pendapat orang. Itu terserah pendapat masing-masing. Menurutku, Nabi Isa itu manusia. Tapi soal benar atau salah.. itu biar Tuhan yang menilai. Saya tidak mau menyalahkan.”
“Kalau saya menyatakan bahwa orang yang mengatakan Nabi Isa itu Tuhan adalah salah, pernyataanku itu salah atau tidak, menurut kamu?”
“Ya, salah. Tapi, menurut pendapatku, kita tidak boleh menyalahkan pendapat orang lain karena hanya Tuhan yang tahu kebenaran.”
“Lho, kalau hanya Tuhan yang tahu kebenaran, kenapa kamu juga menyalahkan pendapat orang yang tidak liberal? Berarti kamu juga merasa benar dengan pendapatmu, dong? Itu namanya kamu tidak konsisten. Itu tipe khas orang liberal, tidak konsisten dengan keliberalannya. Orang lain tidak boleh menyalahkan, tapi ia sendiri menyalahkan. Kalau saya bilang kamu banci, kamu impoten, kamu pengecut, saya benar atau salah?”
“Ya, kamu jelas salah… ha-ha-aha.. wong saya normal kok.”
“Nah, itu kamu tahu kebenaran dan menyalahkan. Katanya hanya Allah yang tahu kebenaran.”

……………….

“Kalau saya bilang, Neng Cahaya itu jelek, salah apa benar?”
“Ya, pasti salah! Wong ia cantik. Tetapi, jangan ngelantur ke mana-mana. Maksud saya, relatif disini dalam soal kebenaran agama. Hanya Tuhan yang tahu. Lagi pula keyakinan eksklusif itulah yang akan menjadi sumber konflik antar umat manusia. Kalau setiap pemeluk agama meyakini agamanya sendiri yang benar dan menyalahkan agama lain, maka pasti akan terjadi konflik.”

……………….

 “Kemi, asumsi kamu itu sangat keliru kalau orang yakin dengan agama masing-masing akan terjadi konflik. Itu keliru. Selama ratusan tahun, kaum Muslim dan Yahudi hidup rukun di Andalusia dan Turki Utsmani tanpa harus menghilangkan keyakinan masing-masing. Lagi pula, adalah tidak masuk akal untuk menghapus keyakinan seseorang. Sebab yang terjadi adalah pergantian keyakinan lama menuju ke keyakinan baru. Seperti kamu. Dulu yakin hanya Islam yang benar, sekarang kamu yakian semua agama benar. Kan berarti kamu mengaku bahwa kamu tahu akan kebenaran. Bukan hanya Tuhan.. Kemi.. sadarlah. Pikiran kamu ini sangata kacau.. hanya dibungkus dengan bahasa seolah-olah canggih.”


· · Share

No comments:

Post a Comment