Pages

Thursday 27 January 2011

Sejarah Daulah Abbasiyah


by Dunia Teori Konspirasi on Thursday, 04 November 2010 at 17:17
 
 
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan.
Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dar ibahasa asing ke bahasa Arab.
Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru diberbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Bani Abbas mewarisi imperium besar BaniUmayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak,kerana landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar.
Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam.


<span>Di antara kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan yang dibuat adalah :</span>
1.Politik kepegawaian didasarkan pada klan, golongan, suku, kaum dan
kawan.

2.Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut-pengikut Ali RA
pada khususnya dan terhadap Bani Hasyim pada umumnya.

3.Penganggapan rendah terhadap kaum muslimin yang bukan bangsa
Arab, sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.

4.Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan
cara yang terang-terangan.
[1 ] Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejakmasa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenalliberal dan memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah.
[2] Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayahbergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasiauntuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.Gerakan ini didahului oleh keturunan Bani Abbas, seperti Ali bin Abdullah binAbbas, Muhammad serta Ibrahim.
[3] Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy merekabergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangandan pertempuran.
[4] Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, danmendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yangmerasa dtindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanyamendukung Daulah Umayah Setelah Imam Muhammad meninggal dan digantioleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemudaberdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yangbernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalamgerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih inginmengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbaspimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalammengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbaskemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntassemua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II binMuhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebutdirinya sang pengalir darah atauAs- Saffar.
[5] Maka bertepatan pada bulanZulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath,Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah,yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri kedaratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembalikekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sanadia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan namakekhalifahan Andalusia




B. <span>Tiga Dinasti dalam Daulah Abbasiyah</span>
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufahsebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M)sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kotaBaghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akanmenguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengannama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan danperbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa DaulahUmayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidupmewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian sertaistri peliharaan (harem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawiketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam. Namun tidak dapatdisangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa Daulah Abbasiyahmengalami pergeseran dalam mengembangkan pemerintahan. Sehinggadapatlah dikelompokkan masa Daulah Abbasiyah menjadi lima periodesehubungan dengan corak pemerintahan. Sedangkan menurut asal usulpenguasa selama masa 508 tahun Daulah Abbasiyah mengalami tiga kalipergantian penguasa. Yaitu Bani Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Saljuk, sepertitersebut di bawah ini. Kenyataan itu menunjukkan bahwa masa pemerintahanitu diwarnai oleh intrik istana maupun perebutan kekuasaan secara internal.

a. <span>Bani Abbas (750-932 M)</span>
<span> </span>
1.Khalifah Abu Abbas As-Safah (750-754 M)
2.Khalifah Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M)
3.Khalifah Al-Mahdi (775-785 M)
4.Khalifah Al-Hadi (785-786 M)
5.Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)
6.Khalifah Al-Amin (809-813 M)
7.Khalifah Al-Makmun (813-833 M)
8.Khalifah Al-Muktasim (833-842 M)
9.Khalifah Al-Wasiq (842-847 M)
10.Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)
11.Khalifah Al-Muntasir (861-862 M)
12.Khalifah Al-Mustain (862-866 M)
13.Khalifah Al-Muktazz (866-869 M)
14.Khalifah Al-Muhtadi (869-870 M)
15.Khalifah Al-Muktamid (870-892 M)
16.Khalifah Al-Muktadid (892-902 M)
17.Khalifah Al-Muktafi (902-908 M)
18.Khalifah Al-Muktadir (908-932 M)

b. <span>Bani Buwaihi (932-1075 M</span>)

19.Khalifah Al-Kahir (932-934 M)
20.Khalifah Ar-Radi (934-940 M)
21.Khalifah Al-Mustaqi (940-944 M)
22.Khalifah Al-Muktakfi (944-946 M)
23.Khalifah Al-Mufi (946-974 M)
24.Khalifah At-Tai (974-991 M)
25.Khalifah Al-Kadir (991-1031 M)
26.Khalifah Al-Kasim (1031-1075 M

c.<span> Bani Saljuk (1075-1258 M</span>)
27.Khalifah Al-Muqtadi (1075-1084 M
28.Khalifah Al-Mustazhir (1074-1118 M)
29.Khalifah Al-Mustasid (1118-1135 M)
30.Khalifah Ar-Rasyid (1135-1136 M)
31.Khalifah Al-Mustafi (1136-1160 M)
32.Khalifah Al-Mustanjid (1160-1170 M)
33.Khalifah Al-Mustadi (1170-1180 M)
34.Khalifah An-Nasir (1180-1224 M)
35.Khalifah Az-Zahir (1224-1226 M)
36.Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M)
37.Khalifah Al-Muktasim (1242-1258 M


C. Periodisasi dalam Daulah Abbasiyaha.
Periode pertama (750-847 M)
Diawali dengan tangan besi Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendiri dari DaulahAbbasiyah ini adalah Abu Abbas As-Safah. Di awal pemerintahannya untukmengukuhkan eksistensi kekhalifahan Daulah Abbasiyah, maka Abu Abbas menerapkan kebijakan-kebijakan yang cukup tegas, kebijakan itu adalah memusnahkan anggota keluarga daulah Bani Umayah, serta menggunakansuatu agen rahasia yang berfungsi untuk mengawasi gerak dan gerikketurunan Bani Umayah, bila perlu membunuhnya. Koordinator pelenyapankeluarga Bani Umayah itu diserahkan kepada Abdullah pamannya Abu Abbas.

Perlakuan kejam itu tidak hanya kepada orang-orang Umayah yangmasih hidup, melainkan juga kepada mereka yang sudah meninggal, dengancara mengeluarkan jenazah mereka dan membakarnya. Sedangkan makamyang tidak digali, adalah makam Muawiyah bin Abi Sufyan dan Umar bin AbdulAziz.

[9] Sehingga akhirnya menimbulkan banyak pemberontakan, namunpemberontakan-pemberontakan yang ada dapat dipatahkan oleh Abu Abbas.Setelah Abu Abbas meninggal dia diganti oleh Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M)
Abu Jakfar Al-Mansur adalah Khalifah Daulah Abbasiyah yang dikenalpaling kejam. Namun dialah yang paling berjasa dalam mengkonsolidasikandinasti Abbasiyah sehingga menjadi kuat dan kokoh, dia meletakkan dasar-dasar pemerintahan bani Abbasiyah dan tidak-segan-segan melakukantindakan tegas kepada pihak-pihak yang mengganggu pemerintahannya.

[10] Untuk menunjang langkah menuju masa kejayaan beberapa kebijakanpenting yang diambil oleh Al-Mansur yaitu memindahkan ibukota dari Kuffahke Baghdad, sebuah kota indah yang terdapat di tepi aliran sungai Tigris danEufrat. Sementara itu perbaikan juga dilakukan di bidang administrasi pemerintahan yang disusun secara baik dan pengawasan terhadap berbagaikegiatan pemerintah diperketat. Petugas pos-pos komunikasi dan surat-menyurat ditingkatkan fungsinya menjadi lembaga pengawas terhadap paragubernur. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinyagerakan separatis dan pemberontakan. Tak urung gejala pemberontakan itumemang muncul di mana-mana, misalnya beberapa daerah taklukanmelepaskan diri. Namun demikian pemberontakan-pemberontakan yang adadapat dipatahkan oleh Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur. Selain itu salah satukebijakan Al-Mansur adalah melakukan invasi dan perluasan daerahkekuasaan, antara lain ke wilayah Armenia, Mesisah, Andalusia dan Afrika.
Kalau dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah ini telah diletakkandan dibangun oleh Abu Abbas As-Safah dan Abu Jakfar Al-Mansur, makapuncak keemasan dinasti itu berada pada tujuh Khalifah sesudahnya. Sejakmasa Khalifah Al-Mahdi (775-785) hingga Khalifah Al-Wasiq (842-847 M).

[11] Pergeseran Kebijakan
Puncak popularitas daulah ini berada pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Makmun (813-833 M). Kedua penguasa inilebih menekankan pada pengembangan peradaban dan kebudayaan Islamketimbang perluasan wilayah seperti pada masa Daulah Umayah. Orientasipada pembangunan peradaban dan kebudayaan ini menjadi unsur pembedalainnya antara dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayah yang lebihmementingkan perluasan daerah. Akibat kebijakan yang diambil ini, provinsi-provinsi terpencil di pinggiran mulai terlepas dari genggaman mereka

[12] Ada dua kecenderungan yang terjadi.Pertama, seorang pemimpin lokalmemimpin suatu pemberontakan yang berhasil menegakkan kemerdekaanpenuh seperti Daulah Umayah di Andalusia (Spanyol) dan Idrisiyah (Bani Idris)di Marokko. Carakedua, yaitu ketika orang yang ditunjuk menjadi gubernuroleh Khalifah manjadi sangat kuat, seperti Daulah Aglabiah (Bani Taglib) diTunisia dan Tahiriyah di Khurasan.

[13]Pada zaman Al-Mahdi, perekonomian meningkat. Irigasi yang dibangun membuat hasil pertanian berlipat ganda dibanding sebelumnya.Pertambangan dan sumber-sumber alam bertambah dan demikian pulaperdagangan internasional ke timur dan ke barat dipergiat. Kota Basramenjadi pelabuhan transit yang penting yang serba lengkap.

[14] Tingkat kemakmuran yang paling tinggi adalah pada zaman Harun Al-Rasyid. Masa itu berlangsung sampai dengan masa Al-Makmun. Al-Makmunmenonjol dalam hal gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan denganmenerjemahkan buku-buku dari Yunani. Kecenderungan orang-orang muslim secara sukarela sebagai anggota  milisi mengikuti perjalanan perang sudah tidak lagi terdengar. Ketentaraankemudian terdiri dari prajurit-prajurit Turki yang profesional. Militer DaulahBani Abbasiyah menjadi sangat kuat. Akibatnya, tentara itu menjadi sangatdominan sehingga Khalifah berikutnya sangat dipengaruhi atau menjadiboneka mereka.Sebagai respon dari kenyataan tersebut Khalifah Al-Wasiq (842-847 M)
mencoba melepaskan diri dari dominasi tentara Turki tersebut denganmemindahkan ibukota ke Samarra, tetapi usaha itu tidak berhasil mengurangidominasi tentara Turki.Salah satu faktor penting yang merupakan penyebab DaulahAbbasiyah pada periode pertama ini berhasil mencapai masa keemasan ialahterjadinya asimilasi dalam Daulah Abbasiyah ini. Berpartisipasinya unsur-unsurnon Arab, terutama bangsa Persia, dalam pembinaan peradaban BaitulHikmah dan Darul Hikmah yang didirikan oleh Khalifah Harun Al-Rasyid danmencapai puncaknya pada masa Khalifah Al-Makmun.

Pada masa itu perpustakaan-perpustakaan tampaknya lebihmenyerupai sebuah universitas ketimbang sebuah taman bacaan. Orang-orang datang ke perpustakaan itu untuk membaca, menulis, dan berdiskusi. Disamping itu, perpustakaan ini juga berfungsi sebagai pusat penerjemahan.Tercatat kegiatan yang paling menonjol adalah terhadap buku-bukukedokteran, filsafat, matematika, kimia, astronomi dan ilmu alam. Di masa-masa berikutnya para ilmuwan Islam bahkan mampu mengembangkan danmelakukan inovasi dan penemuan sendiri. Di sinilah letak sumbangan Islamterhadap ilmu dan peradaban dunia.


<span>Zaman Keemasan</span>

Kekhalifahan Bani Abbas biasa dikaitkan dengan Khalifah Harun Al-Rasyid, yang digambarkan sebagai Khalifah yang paling terkenal dalam zamankeemasan kekhalifahan Bani Abbasiyah. Dalam memerintah Khalifahdigambarkan sangat bijaksana, yang selalu didampingi oleh penasihatnya,Abu Nawas, seorang penyair yang kocak, yang sebenarnya adalah seorangahli hikmah atau filsuf etika. Zaman keemasan itu digambarkan dalam kisah1001 malam sebagai negeri penuh keajaiban.
Sebenarnya zaman keemasan Bani Abbasiyah telah dimulai sejakpemerintahan pengganti Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur yaitu pada masaKhalifah Al-Mahdi (775-785 M) dan mencapai puncaknya di masapemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid.
Di masa-masa itu para Khalifah mengembangkan berbagai jeniskesenian, terutama kesusasteraan pada khususnya dan kebudayaan padaumumnya. Berbagai buku bermutu diterjemahkan dari peradaban India mahupun Yunani. Dari India misalnya, berhasil diterjemahkan buku-buku Kalilahdan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel yang bersifat anonim. Berbagaidalil dan dasar matematika juga diperoleh dari terjemahan yang berasal dariIndia. Selain itu juga diterjemahkan buku-buku filsafat dari Yunani, terutamafilsafat etika dan logika. Salah satu akibatnya adalah berkembangnya aliranpemikiran muktazilah yang amat mengandalkan kemampuan rasio dan logikadalam dunia Islam. Sedangkan dari sastera Persia terjemahan dilakukan olehIbnu Mukaffa, yang meninggal pada tahun 750 M. Pada masa itu juga hidupbudayawan dan sastrawan masyhur seperti Abu Tammam (meninggal 845 M),Al-Jahiz (meninggal 869 M), Abul Faraj (meninggal 967 M) dan beberapasastrawan besar lainnya.

[15] Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang sastra dan senisaja juga berkembang , meminjam istilah Ibnu Rusyd, Ilmu-ilmu Naqli dan IlmuAqli. Ilmu-ilmu Naqli seperti Tafsir, Teologi, Hadis, Fiqih, Ushul Fiqh dan lain-lain. Dan juga berkembang ilmu-ilmu Aqli seperti Astronomi, Matematika,Kimia, Bahasa, Sejarah, Ilmu Alam, Geografi, Kedokteran dan lain sebagainya.Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmupengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thaiseorang pengarang buku nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik,dalam bidang sejarah muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokohbesar lainnya yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmupengetahuan selanjutnya.

<span>Periode kedua (847-945 M)</span>

[16] Kebijakan Khalifah Al-Muktasim (833-842 M) untuk memilih unsur-unsurTurki dalam ketentaraan Kekhalifahan Daulah Abbasiyah terutama dilatarbelakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia padamasa Al-Makmun dan sebelumnya. Di masa Al-Muktasim (833-842 M) danKhalifah sesudahnya Al-Wasiq (842-847 M), mereka mampu mengendalikanunsur-unsur Turki tersebut. Akan tetapi, Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)yang merupakan awal dari periode ini adalah seorang Khalifah yang lemah.Pada masanya orang-orang Turki dapat merebut kekuasaan dengan cepatsetelah Al-Mutawakkil wafat. Mereka telah memilih dan mengangkat Khalifahsesuai kehendak mereka. Dengan demikian Bani Abbasiyah tidak lagimempunyai kekuatan dan kekuasaan, meskipun resminya mereka adalahpenguasa. Usaha untuk melepaskan dari dominasi Turki selalu mengalamikegagalan. Pada tahun 892 M, Baghdad kembali menjadi Ibukota. Sementara kehidupan intelektual terus berkembang.Akibat adanya persaingan internal di kalangan tentara Turki, mereka memang mulai melemah. Mulailah Khalifah Ar-Radi menyerahkan kekuasaan kepada Muhammad bin Raiq, Gubernur wasit dari Basra. Di samping itu,Khalifah memberinya gelar Amirul Umara (Panglima para panglima). Meskipundemikian, keadaan Bani Abbas tidak menjadi lebih baik. Dari dua belasKhalifah pada periode ini, hanya empat orang yang wafat dengan wajar,selebihnya, kalau tidak dibunuh, mereka digulingkan dengan paksa.
Pemberontakan masih bermunculan pada periode ini, sepertipemberontakan Zanj di dataran rendah Irak Selatan dan pemberontakanKaramitah yang berpusat di Bahrain. Namun bukan itu semua yangmenghambat upaya mewujudkan kesatuan politik Daulah Abbasiyah. Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada periode iniadalah sebagai berikut,pertama, luasnya wilayah kekuasaan DaulahAbbasiyyah yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat.Berbarengan dengan itu kadar saling percaya di kalangan para penguasa danpelaksana pemerintahan sangat rendah, Yangkedua, profesionalisasi tentaramenyebabkan ketergantungan kepada mereka menjadi sangat tinggi.Ketig a,kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat besar. Setelahkekuatan militer merosot, Khalifah tidak sanggup lagi memaksa pengirimanpajak ke Baghdad.

<span>Periode Ketiga (945-1055 M)</span>

Posisi Daulah Abbasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihimerupakan ciri utama dari periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih burukketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganutaliran Syiah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yangdiperintah dan diberi gaji. Sementara itu Bani Buwaihi telah membagikekuasaannya kepada tiga bersaudara. Ali menguasai wilayah bagian selatannegeri Persia, Hasan menguasai wilayah bagian utara, dan Ahmad menguasaiwilayah Al-Ahwaz, Wasit dan Baghdad. Dengan demikian Baghdad padaperiode ini tidak lagi menjadi pusat pemerintahan Islam, karena telah dipindahke Syiraz di mana berkuasa Ali bin Buwaihi yang memiliki kekuasaan Bani Buwaihi.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Daulah Abbasiyah masih terusmengalami kemajuan pada periode ini. Pada masa inilah muncul pemikir-pemikir besar seperti Al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al-Biruni(973-1048 M), Ibnu Misykawaih (930-1030 M) dan kelompok studi Ikhwan As-Safa. Bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan juga mengalamikemajuan. Kemajuan itu juga diikuti dengan pembangunan kanal, mesjid danrumah sakit. Patut dicatat pula bahwa selama masa Bani Buwaihi berkuasa diBaghdad, telah terjadi beberapa kali bentrokan sosial aliran ahlu sunnah dansyiah, dan pemberontakan tentera.


<span>Periode Keempat (1055-1199 M)</span>

Periode keempat ini ditandai dengan berkuasanya Bani Saljuk dalam Daulah Abbasiyah. Kehadiran Bani Saljuk ini adalah atas’’undangan’’ Khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di baghdad. Keadaan Khalifah sudah mulai membaik, paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama sudah kembali setelah beberapa lama dikuasai orang-orang Syiah.
Seperti halnya pada periode sebelumnya, ilmu pengetahuan jugaberkembang dalam periode ini. Nizam Al-Mulk, Perdana Menteri pada masaAlp Arselan dan Maliksyah, mendirikan Madrasah Nizamiyah (1067 M) danMadrasah Hanafiyah di Baghdad. Cabang-cabang Madrasah Nizamiyahdidirikan hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan. Madrasah ini menjadimodel bagi perguruan tinggi di kemudian hari. Madrasah ini telah melahirkanbanyak cendikiawan dalam berbagai disiplin ilmu. Misalnya yang dilahirkandalam periode ini adalah Az-Zamakhsari, penulis dalam bidang Tafsir dan Usulad-dien (Teologi), Al-Ghazali dalam bidang ilmu kalam dan tasawuf, dan UmarKhayyam dalam bidang ilmu perbintangan. Dalam bidang politik, pusatkekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad. Mereka membagi wilayahkekuasaan menjadi beberapa provinsi dengan seorang gubernur untukmengepalai masing-masing provinsi. Pada masa pusa kekuasaan melemah,masing-masing provinsi memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperanganyang terjadi di antara mereka melemahkan mereka sendiri, dan sedikrit demisedikit kekuasaan politik Khalifah menguat kembali, terutama untuk negeriIrak. Kekuasaan mereka berakhir di Irak di tangan Khawarizmisyah pada tahun 1199M.

<span>Periode Kelima (1199-1258 M)</span>

Telah terjadi perubahan besar-besaran dalam kekhalifahan DaulahAbbasiyah dalam periode kelima ini. Pada periode ini, Khalifah Abbasiyah tidaklagi berada di bawah dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa tetapihanya di baghdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan Khalifahmenunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah datang tentara Mongoldan Tartar menghancurkan Baghdad tanpa perlawanan pada tahun 1258 M.
Faktor-faktor yang membuat Daulah Abbasiyah menjadi lemah dankemudian hancur dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor interndan faktor ekstern. Di antara faktor-faktor intern adalah.
Pertama, adanya persaingan tidak sehat di antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abbasiyah, terutama Arab, Persia dan Turki.
Kedua, terjadinyaperselisihan pendapat di antara kelompok pemikiran agama yang ada, yangberkembang menjadi pertumpahan darah.
Ketiga, munculnya dinasti-dinastikecil sebagai akibat perpecahan sosial yang berkepanjangan.
Keempat. terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari pemberontakkan politik.Sedangkan faktor-faktor ekstern yang terjadi adalah,pertama,berlangsungnya perang salib yang berkepanjangan dalam beberapa gelombang. Dan yang paling menentukan adalah faktor kedua yaitu, adanya serbuan tentara Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, yang berhasil menjarah semua pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu, yaitu perpustakaan di Baghdad.



<span>Kekejaman Bangsa Mongol</span>

[17] Khalifah Al-Muktasim, Khalifah Daulah Abbasiyah yang paling akhir,beserta seluruh putra-putranya dan semua pembesar-pembesar kota Baghdad mati dibunuh semuanya oleh tentara Mongol. Sebahagian besar penduduk kota itu disembelih laksana binatang saja. Sesudah itu mereka merampas harta benda penduduk dan melakukan perbuatan-perbuatan kejam dab ganasnya tiada terperikan. Sekalian isi istana dan perbendaharaan negara mereka rampas semuanya. Istana dan gedung-gedung yang indah, madrasah dan masjid-masjid yang mengagumkan mereka rusak. Buku-buku pengetahuanyang tak ternilai harganya, mereka lemparkan ke dalam sungai Tigris sehingga hitam lantaran tinta yang luntur. Mereka membakar di sana-sini sehingga api mengamuk di seluruh kota. Peristiwa kekejaman ini berlaku sampai 40 hari lamanya. Di atas bumi kota Baghdad, tak ada lagi yang kelihatan, selain dari tumpukan bara hitam yang masih berasap.

<span>Daulah Abbasiyah Lenyap</span>

Dengan kematian Al-Muktasim lenyaplah Daulah Abbasiyah dari bumi ini, berkubur dalam bumi kota Baghdad yang telah hangus di bawah runtuhan bangunan dan istana.
Dalam masa lima abad lamanya, yakni sejak dari Abu Abbas As-Safah memerintah pada 750 M sampai hari mangkatnya Al-Muktasim pada 1258 M,telah ada 37 orang Khalifah menduduki singgasana Daulah Abbasiyah







 "   Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, Pada masa ini kedaulatan umat Islam telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan,kemajuan ataupun kekuasaan. Pada zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selain itu sumbangan umat Islam bagi peradaban dunia juga dihasilkan oleh para cendikiawan-cendikiawan besar yang hidup di masa Daulah Abbasiyah ini.Namun ada pelajaran penting yang dapat kita petik dari perjalanan panjang Daulah Abbasiyah yang selama berabad-abad menguasai dunia yakni agar umat Islam jangan terlena dengan kekuasaan dunia, kerana keterlenaan dan hidup bermegah-megah menyebabkan kita jauh dari ajaran Allah SWT. Hal ini juga merupakan pemacu bagi umat Islam untuk kembali bangkit merebut kejayaan Islam yang pernah dirasakan pada masa Daulah Abbasiyah. " 
<span> </span>
<span> </span>


 dy.R



· · Share · Delete

No comments:

Post a Comment