Pages

Thursday 27 January 2011

Sepucuk surat di medan perang


by Taufik Rizki Firmansyah on Tuesday, 31 August 2010 at 05:28
 
 
Assalamua'laikum wr wb.
Ba'da Shalawat dan Salam.
Adikku sayang,
Hari ini adalah hari dimana kau akan melahirkan anak pertama kita dik..maafkan abang yang tak bisa berada disana, menemanimu dalam perjuangan panjang. Abang yakin adik pasti mengerti. Percayalah.Abang disini selalu menitipkan adik pada Allah Azza wa Jalla. Disetiap sujud panjang, abang panjatkan lantunan doa yang begitu panjang, agar adik dan calon pejuang kecil kita selalu dalam lindunganNya.
Abang sangat merindukan adik. Rindu yang sama seperti ketika abang selalu ada disisi adik, rindu yang selalu abang pupuk dengan doa. Setiap kerinduan itu muncul, saat itu pula senjata ini harus abang kekang, desingan peluru berhamburan seperti kerinduan abang yang membuncah untuk adik. Sungguh, abang tidak ingin rasa rindu ini mengalahkan rasa rindu kita akan khilafah.
Adikku sayang,
Dulu tak pernah terbayangkan oleh kita keadaan seperti ini. Keadaan dimana khilafah yang sangat kita rindukan benar-benar tegak. Abang masih ingat, kita hanya memiliki tiga hari selepas akad. Abang harus bergabung dengan kaum muslimin yang lain demi menjaga khilafah. Kau menangis waktu itu sayang, tapi abang tahu, itu bukan tangisan cengeng, tapi tangisan bahagia karena Allah telah menepati janjiNya disaat cinta kita bersatu dan tumbuh.
Adikku sayang,
Disini abang belajar banyak hal, disini abang bertemu dengan orang-orang yang sangat mencintai Allah dan RasulNya. Islam sungguh rahmatan lil alamin sayang, darimana, ras apa, suku bangsa apa, tidak menjadi penghalang ketika kita dipersatukan oleh ikatan akidah. Tiada hari tanpa dzikir disela-sela dentuman dan desingan peluru. Bau amis darah syuhada bercampur dengan bau mesiu menyeruak disetiap rongga abang setiap saat, hal itu tidak membuat abang gentar, justru semakin ingin segera abang menjemputnya sayang.
Abang tidak ingin ada air mata di kelopak indah matamu sayang, ini bukan perpisahan..ini adalah perjuangan sekaligus pertemuan abadi kita kelak di sisiNya.
Adikku sayang,
Bila anak kita sudah terlahir nanti, berilah ia nama yang akan menghantarkan ia menjadi bagian para syuhada. Didiklah ia dengan ilmu, sayangilah ia dengan doa, dan kuatkan ia dengan ikhtiar dan tawakal. Bila kelak ia menanyakan dimana abinya, tolong adik jawab, abinya adalah seorang laki-laki sederhana yang di lengannya tergenggam sebuah senjata dan di dadanya terlilit ratusan peluru. Bila ia ingin tahu lebih banyak lagi tentang abang, siapkan ia untuk menjadi seperti abang sekarang, jemput syahid itu di medan perang, rasakan desingan peluru menerjang dan dentuman bom menghantam, maka ia akan merasakan seperti apa abinya itu.
Adikku sayang,
Abang sangat mencintai adik. Tapi cinta abang kepadaNya jauh melebihi cinta abang kepada adik. Jangan cemburu ya sayang, simpan cinta itu selalu di relung hati adik yang terdalam. Tiga hari ba'da akad cukup bagi abang untuk mencintai adik selamanya, selama nyawa ini masih ada ataupun ketika nyawa ini harus kembali padaNya.
Ramadhan kali ini sangat indah sayang, bulan yang akan membuktikan bahwa khilafah bukanlah khayal semata. Kini ia nyata..bergerak dalam barisan yang teratur, gaungnya sangat gegap gempita, pilarnya akan sangat kokoh dengan darah para syuhada. Abang sangat yakin, orang-orang yang selama ini menyangsikannya akan tertunduk malu. Doa kita dan milyaran kaum muslimin lain telah Allah kabulkan..
Adikku sayang,
Tidak banyak waktu yang abang miliki, semoga sepucuk surat in dapat mengobati kerinduan adik pada abang. Lipat dan simpanlah surat ini, kelak perlihatkan kepada anak kita, agar ia tahu bahwa abang sangat mencintainya sebelum ia benar-benar ada.
Allah pasti akan mempertemukan kita kelak. Allahu Akbar.
Wassalamua'laikum wr wb
Ramadhan, ditepian medan perang.
(Untuk seorang sahabat yang tak bisa menyaksikan perjuangan istrinya.)
Share

No comments:

Post a Comment