Pages

Wednesday 19 October 2011

JanganQ “latah” dengan mereka.


JanganQ “latah” dengan mereka.

by Iradatullah Suyuti on Thursday, 23 December 2010 at 22:23
Sesungguhnya nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada hamba-Nya adalah nikmat Islam dan iman serta istiqomah di atas jalan yang lurus. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberitahukan bahwa yang dimaksud jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh hamba-hamba-Nya yang telah diberi nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhadaa dan sholihin (Qs. An Nisaa :69).

Persatuan yang mustahil …
Jika diperhatikan dengan teliti, maka kita dapati bahwa musuh-musuh Islam sangat gigih  berusaha memadamkan cahaya Islam, menjauhkan dan menyimpangkan ummat Islam dari jalan yang lurus, sehingga tidak lagi istiqomah.Hal ini diberitahukan sendiri oleh Allah Ta'ala di dalam firman-Nya, diantaranya, yang artinya:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan. Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah 99) 
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menta'ati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu kebelakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi". (QS. Al-Maidah 149) 

Bila kita sejenak berfikir, ternyata kaum kafir tidak mudah untuk mengajak kita keluar dari Islam dan masuk kedalam agama mereka. Sehingga cara yang mereka tempuh dengan perlahan-lahan membiasakan dan membudayakan ajaran mereka kepada diri kita, sehingga kita lambat laun akan “terwarnai” dan menyerupai mereka dalam setiap kebiasaan kita. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti AJARAN mereka”. (QS. Al-Baqarah 120) 

Ibnu Jarir dalam tafsir Ibnu Katsir, menafsirkan ayat ini sebagai:
Orang-orang yahudi dan nasrani wahai Muhammad, selamanya tidak akan senang kepadamu. Karena itu, tinggalkanlah upaya untuk membuat mereka senang dan suka kepadamu. Sekarang hadapkanlah dirimu untuk memohon ridha Allah karena engkau telah mengajak mereka untuk mengikuti perkara hak yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu.

Salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari agama (jalan yang lurus) yakni dengan menyeru dan mempublikasikan hari-hari besar mereka ke seluruh lapisan masyarakat serta dibuat kesan seolah-oleh hal itu merupakan  hari besar yang sifatnya umum dan bisa diperingati oleh siapa saja.

Realita yg Ironi…

Kita semua memperhatikan pada bulan desember, dimana segolongan manusia sibuk mempersiapkan diri dengan perayaan hari-hari besar yang bagi mereka, itulah keyakinan dan bagian dari agama mereka. Praktis, kita sebagai umat muslim yg mengaku beriman kepada Allah dan mencintai ajaran Rasulullah harus lebih menyibukkan diri kita dengan memperbaiki diri.
Namun sungguh Ironi dan sangat disayangkan. Yaitu ketika air mata umat muslimin masih menetes melihat penderitaan saudara mereka di palestina serta amarah yg memuncak saat alqur’an kita dibakar dan Nabi Muhammad dilecehkan dgn kartun. Tapi di sisi lain, sebagian besar umat muslim tersebut menjadi “LATAH” khususnya di akhir tahun dgn ikut merayakan perayaan mereka, yaitu saat para pembantai dan penghina ajaran islam tersebut berpesta menyambut hari raya mereka dan tahun baru. Kesenangan apa yg mereka inginkan dengan latah terhadap perayaan tersebut? Bukankah kita telah dianugrahkan dua hari raya yg lebih baik diantara perayaan-perayaan yg ada? Padahal Rasulullah telah memperingatkan kita agar tidak “LATAH” atau mengikuti tradisi/kebiasaan umat yang tersesat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda,
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti tradisi umat kurun-kurun sebelumnya, sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk lubang kadal gurun sekalipun, kalian pasti mengikutinya…!!!” Kami bertanya, “wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang Yahudi dan Nasrani?”  Dijawab oleh Rasulullah, “Kalau bukan mereka lalu siapa?”

“LATAH” Merusak Akidah Islam … !!!
Dahulu pernah ada seorang Yahudi datang pada Umar bin Khattab lalu berkata: "Wahai Amirul mukminin ada satu ayat dalam Al-Qur'an yang kalian biasa membacanya, jika sekiranya ayat itu turun pada kami bangsa Yahudi, niscaya kami jadikan hari turunnya itu, bagian dari hari besar kami." (Riwayat Bukhari).
Dari kisah diatas jelas terlihat tabiat orang yahudi, dimana mereka suka memperingati perayaan-perayaan pada hari-hari yang mereka anggap penting. Kini sebagian Umat Islam menjadikan sebagai hari besar berupa perayaan segala sesuatu yang dianggap penting yang semuanya tidak ada contohnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Seperti 17 Agustus, Nuzulul Qur'an, Isra' mi'raj, perayaan satu muharram, milad partai/organisasi dsb. Termasuk didalamnya adalah perayaan tahun baru.
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk menyelisihi (tidak menyerupai) ajaran atau kebiasaan yang dilakukan penganut agama lain. Sebagai contoh, ketika orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram maka Nabi Muhammad menganjurkan ummatnya untuk puasa pada tanggal 9 dan 10 nya, atau tanggal 10 dan 11 nya. Ketika Yahudi beribadah menghadap Baitul Maqdis Nabi segera meminta kepada Allah untuk shalat menghadap ke Baitullah di Mekkah, ketika Yahudi memelihara kumis dan mencukur jenggot Nabi justru memelihara jenggot dan mencukur kumis dan lain sebagainya. Nabi selalu berusaha untuk berbeda dengan Yahudi. NabiShallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda. : 
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum itu" (HR. Abu Daud, Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Irwaul Gholil 5/109.)

Mengikuti atau sekedar ikut-ikutan perayaan mereka bukanlah perkara kecil, karena sudah merusak Aqidah dan Tauhid seorang muslim. Dalam Islam kita diajarkan sebuah konsep bersikap. Para ulama menyebutnya dengan konsep Al-Wala’ wa Al-Bara’. Al-Wala’ artinya kita wajib memberikan loyalitas kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman tanpa terikat zaman dan tempat. Sedangkan Al-Bara’ adalah kewajiban untuk berlepas diri dari segala tindak kekufuran dan kedurhakaan serta pelaku-pelakunya. Tentu yang pertama kali masuk dalam kategori ini adalah syetan dan pengikut-pengikutnya serta orang- orang kafir. Konsep ini sangat penting diketahui oleh seorang muslim dimana hal ini merupakan pengejawantahan dari kalimat Laa ilaha Illallah.

Berdasarkan konsep ini maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
Pertama, manusia-manusia yang patut dijadikan sebagai contoh oleh seorang muslim adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang shaleh yang mengikuti beliau dari para shahabat dan generasi pendahulu yang shaleh (As-Salaf Ash-Shaleh),
Kedua, jenis manusia yang tidak pantas diikuti adalah manusia-manusia yang kafir dan durhaka kepada Allah Azza wa Jalla. Maka orang-orang yang profesinya hanya membuat orang lain lalai dan lupa kepada Allah tentulah termasuk dalam kategori ini.
Ketiga, termasuk memberikan loyalitas (al wala’) kita kepada orang-orang kafir apabila kita mengikuti perayaan hari besar mereka, baik berupa ikut merayakan, tukar menukar hadiah, mendatangi/mengunjungi rumahnya, termasuk mengucapkan selamat. Karena semua itu termasuk bentuk persetujuan dan keridhaan kita terhadap kekafiran mereka yg mereka rayakan. Inilah yg menjadi alasan, mengapa hal tersebut merusak akidah islamiyyah seseorang. Selain itu, hal tersebut jg termasuk tolong-menolong dalam perkara keburukan. Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan jangalah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” [Al-Ma`idah : 2]

Jangan terlambat Menyesal..!!!

Penyesalan sifatnya datang belakangan, setelah semua kerugian datang dan menimpa kepada kita. Allah telah mengingatkan kita tentang peristiwa di hari akhirat kelak, dimana terjadi penyesalan orang-orang karena mereka mengikuti teman-teman yang justru mengajak mereka kepada kebatilan dan kemurkaan Allah.

"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata, 'Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku." (Al-Furqan: 27-29).

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf: 67).

Maka dari itu, waspadalah dan jangan pernah mengikuti kebiasaan dan tabiat yang dikampanyekan oleh orang-orang kafir pembenci islam, dengan alasan mengikuti perayaan atau memberikan ucapan selamat dan mengatakan bahwa perayaan tersebut sifatnya umum, misalnya TAHUN BARU, dan yang paling penting, jangan mengambil teman dekat dari orang-orang zalim terlebih orang-orang yang kafir kepada Allah.

“ALLAHUMMAA MUNZILAL KITAABI, WAMUJRIYAS SAHABI, WAHAAZIMAL AHZAABI, IHZIMHUM WANSHURNAA ‘ALAIHIMA”
(Ya Allah, Zat yang menurunkan Al Kitab, yang menjalankan awan dan yang mengalahkan musuh, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami di dalam menghadapi mereka)” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu ta’ala a’la wa a’lam.


Di Makassar, 17 muharram 1432 H.

No comments:

Post a Comment