Pages

Sunday 23 January 2011

Antara Rasa Takut dan Rasa Harap (Khauf dan Roja`)


by Al Ukhuwah Wal Ishlah on Saturday, 23 October 2010 at 09:25
 
 
Khauf (rasa takut) dan roja` (rasa harap) adalah dua ibadah yang sangat agung. Bila keduanya menyatu dalam diri seorang mukmin, maka akan seimbanglah seluruh aktivitas kehidupannya. Bagaimana tidak, sebab dengan khauf akan membawa dirinya untuk selalu melaksanakan ketaatan dan menjauhi perkara yang diharamkan; sementara roja` akan menghantarkan dirinya untuk selalu mengharap apa yang ada di sisi Rabb-nya ‘Azza wa Jalla.
Pendek kata dengan khauf (takut) dan roja` (pengharapan) seorang mukmin akan selalu ingat  bahwa dirinya akan kembali ke hadapan Sang Penciptanya (karena adanya rasa takut), disamping ia akan bersemangat memperbanyak amalan-amalan (karena adanya pengharapan).

Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan tuhan mereka (dengan sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” [QS. Al-Mukminun: 57-61].
‘Aisyah -radhiyallahu ‘anha- pernah bertanya kepada Rosulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- apakah mereka itu (yang dimaksud dalam ayat diatas, red) adalah orang-orang yang meminum khamr, berzina, dan mencuri? Rosulullah menjawab, “Bukan! Wahai putri Ash-Shiddiq. Justru mereka adalah orang-orang yang melakukan shoum, sholat, dan bershodaqah, dan mereka khawatir tidak akan diterima amalannya. Mereka itulah orang-orang yang bergegas dalam kebaikan.” [HR. At-Tirmidzi dari 'Aisyah].

Allah juga berfirman, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas.” [QS. Al-Anbiya': 90].

Hakikat Khauf

Khauf (takut) adalah ibadah hati, tidak dibenarkan khauf ini kecuali terhadap-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Khauf adalah syarat pembuktian keimanan seseorang.

Allah berfirman: “Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan-syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [QS. Ali Imran: 175].

Apabila khauf kepada Allah berkurang dalam diri seorang hamba, maka ini sebagai tanda mulai berkurangnya pengetahuan dirinya terhadap Rabb-nya. Sebab orang yang paling tahu tentang Allah adalah orang yang paling takut kepada-Nya.

Rasa khauf akan muncul dengan sebab beberapa hal, di antaranya: pertama, bila seorang hamba mengetahui dan meyakini hal-hal yang tergolong pelanggaran dan dosa-dosanya serta kejelekan-kejelekannya; kedua, pembenarannya akan adanya ancaman Allah, bahwa Allah akan menyiapkan siksa atas segala kemaksiatan; ketiga, ia mengetahui akan adanya kemungkinan penghalang antara dirinya dan taubatnya.

Para ulama membagi khauf menjadi lima macam:

1. Khauf ibadah, yaitu takut kepada Allah, karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya, memberi kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menahan dari siapa yang dikehendaki-Nya. Di Tangan-Nya-lah kemanfaatan dan kemudharatan. Inilah yang diistilahkan oleh sebagian ulama dengan khaufus-sirr.

2. Khauf syirik, yaitu memalingkan ibadah qalbiyah ini kepada selain Allah, seperti kepada para wali, jin, patung-patung, dan sebagainya.

3. Khauf maksiat, seperti meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan karena takut dari manusia dan tidak dalam keadaan terpaksa. Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan-syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [QS. Ali Imran: 175].

4. Khauf tabiat, seperti takutnya manusia dari ular, takut singa, takut tenggelam, takut api, atau musuh, atau selainnya. Allah berfirman tentang Musa, “Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya).” [QS. Al-Qashash: 18].

5. Khauf wahm, yaitu rasa takut yang tidak ada penyebabnya, atau ada penyebabnya tetapi ringan. Takut yang seperti ini amat tercela bahkan akan memasukkan pelakunya ke dalam golongan para penakut.

Hakikat Roja’

Adapun roja` secara bahasa artinya harapan/cita-cita; sedangkan menurut istilah ialah bergantungnya hati dalam meraih sesuatu di kemudian hari. Roja` merupakan ibadah yang mencakup kerendahan dan ketundukan, tidak boleh ada kecuali kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Memalingkannya kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa berupa syirik besar atau pun syirik kecil tergantung apa yang ada dalam hati orang yang tengah mengharap.
Roja (harapan/mengharap) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan. Berkata Ibnul Qoyyim dalam “Madarijus-Salikin”: “..bahwa roja` tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal”.

Allah juga berfirman, “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada tuhannya.” [Al-Kahfi: 110].
Ibnul Qayyim -rahimahullah- membagi roja` menjadi tiga bagian, dua di antaranya roja`,yang benar dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya tercela. Roja` yang menjadikan pelakunya terpuji, pertama: seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah, di atas cahaya Allah, ia senantiasa mengharap pahalaNya; kedua: seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela: seseorang terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan; roja` yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.

Roja` (rasa harap) menuntut adanya khauf (rasa takut)dalam diri seorang mukmin, yang dengan itu akan memacunya untuk melakukan amalan-amalan sholeh; tanpa disertai khauf, roja` hanya akan bernilai sebuah fatamorgana. Sebaliknya khauf juga menuntut adanya roja`; tanpa roja` khauf hanyalah berupa keputusasaan tak berarti.
Jadi, khauf dan roja` harus senantasa menyatu dalam diri seorang mukmin dalam rangka menyeimbangkan hidupnya untuk tetap istiqomah melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, mengharap pahala dan takut akan siksa-Nya. Keduanya (khauf dan roja`) ibarat dua sayap burung yang dengannya ia dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna.Wal ‘ilmu ‘indallah.

Disadur (diringkas) dari tulisan Abu Hamzah Al-Atsary.
Sumber bacaan:1. Al-Quranul Karim2. Syarh Tsalatsatul Ushul3. Taisirul Wushul ilaa Nailil ma’mul4. Al-Madkhal Lid-dirosatil Aqidah Al-Islamiyyah5. Madarijus-salikin
Sumber : Buletin Al Wara’ Wal bara’ ,  Edisi ke-6 Tahun ke-2 / 02 Januari 2004 M / 10 Dzul Qo’dah 1424 H

No comments:

Post a Comment