Pages

Friday 7 October 2011

Ilmu Cahaya Penerang


Ilmu Cahaya Penerang

by Pertubuhan IKRAM Malaysia on Thursday, 27 January 2011 at 21:17
Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,

Ada sebaris doa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw dan disunnahkan untuk dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla sebelum seseorang hendak belajar.

Doa tersebut berbunyi :

"Allaahummanfa' nii bimaa allamtanii wa'allimnii maa yanfa'uni wa zidnii ilman maa yanfa'unii" yang membawa maksud :

"Ya Allah, berilah manfaat kepadaku dengan apa yang Engkau ajarkan kepadaku dan ajarkanlah untukku sesuatu yang akan memberi manfaat kepadaku dan tambahkanlah kepadaku ilmu apa yang memberi manfaat kepadaku ".

Dengan doa ini, seseorang hamba itu berharap akan dikurniakan oleh Allah ilmu yang bermanfaat.

Apakah hakikat ilmu yang bermanfaat itu?

Dari segi syariat, suatu ilmu disebut bermanfaat apabila mengandungi maslahah atau memiliki nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam.

Namun, manfaat tersebut menjadi kecil ertinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan kepada Zat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla.

Dengan ilmunya ia mungkin meningkat darjat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan Allah Azza wa Jalla.

Oleh kerana itu, dalam kacamata ma'rifat, gambaran ilmu yang bermanfaat itu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah :

"Ilmu yang berguna ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati."

Imam Malik bin Anas berkata :

"Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah Nur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri."

Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla.

Berkenaan ilmu Allah swt, sungguh tidak akan pernah ada suatu makhlukpun di alam semesta ini yang boleh mengukur Kemahaluasan ilmuNya.

Ini sesuai dengan firman Allah swt :

"Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS Al Kahfi : 109)
Adapun ilmu yang diberikan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitis air di tengah samudera yang luas.

Walaubagaimanapun, barangsiapa yang dikurniakan ilmu oleh Allah yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia kepada-Nya, niscaya balasannya adalah sebagaimana yang disebut oleh Allah swt :

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat." (QS Al Mujaadilah : 11)

Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit pun!

Walaupun hanya "setitis" ilmu Allah yang diberikan kepada manusia, namun ia datang dalam berbagai variasi.

Ilmu itu memiliki kebaikan jika setelah kita kaji secara mendalam, ianya membuatkan kita semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkat yang mesti kita cari sepanjang kita menuntut ilmu, ditambah pula dengan kejelasan niat serta betul pula cara pengambilannya, niscaya kita akan mendapatkan manfaat darinya.

Perkara lain yang tidak kurang pentingnya semasa kita membuat kajian terhadap ilmu adalah bagaimana cara mendapatkannya agar kita dapat memperolehi ilmu yang sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati.

Imam Syafi'e ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya :

"Wahai Guruku. Mengapa ilmu yang sedang aku pelajari ini susah sekali untuk memahaminya dan bahkan cepat lupa?"

Gurunya menjawab ;

"Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang jernih dan bersih."

Ertinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya.

Oleh kerana itu, jangan hairan kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi majlis-majlis ilmu dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk.

Mengapa berlaku demikian?

Ini adalah kerana hatinya tidak dapat diterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang pekat dalam gelas yang kotor. Walaupun diterangi dengan cahaya sekuat manapun, sinarannya tidak akan mampu menembusi dan menerangi isi gelas tersebut.

Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar kepada maksiat, maka ilmu itu tidak akan mampu menerangi hati. Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang jernih. Hanya dengan setitik cahaya sekalipun, ia akan mampu menerangi seluruh isi gelas.

Walhasilnya, bila kita menginginkan ilmu yang boleh menjadi ladang amal soleh, maka usahakanlah ketika menimbanya, supaya hati kita sentiasa dalam keadaan bersih.

Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah digunakan untuk menzalimi sesama manusia.

Semakin hati kita bersih, kita akan semakin diberikan :

1. Sifat kepekaan oleh Allah untuk mampu mendapatkan ilmu yang bermanfaat walaupun dari mana ilmu itu datang sekalipun.

2. Kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa mudharat.

Sebaik-baik ilmu adalah yang boleh membuatkan hati kita bercahaya. Oleh kerana itu, kita wajib menuntut ilmu sebanyak-banyaknya yang akan membuatkan hati kita menjadi bersih sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) menjadi bermanfaat.

Apabila mendapatkan air yang kita timba dari telaga yang nampak keruh airnya, kita akan mencari kapur untuk menjernihkannya.

Begitu juga dalam mencari ilmu. Kita mesti mencari ilmu yang boleh menjadi "kapur"nya supaya kalau hati kita sudah jernih, ilmu-ilmu lain yang kita belajar mampu diserap dengan baik sehingga membawa manfaat yang besar kepada kita.

Mengapa berlaku demikian?

Ini adalah kerana dalam mengkaji ilmu apapun, kalau kita sebagai penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak boleh tidak, ilmu yang kita dapatkan itu hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka.

Sebagai contoh :

1. Kalau kita sibuk mengkaji ilmu fiqh dalam keadaan hati kita yang tidak bersih, ini hanya akan membuatkan kita ingin menang sendiri dan gemar menyalahkan pendapat orang lain, sekaligus menganiaya dan suka menyakiti hati orang lain.

2. Kalau kita sibuk mendalami ilmu ma'rifat dalam keadan hati yang busuk, jangan hairan kalau ia hanya akan membuatkan diri kita takabur, merasa diri paling soleh dan menganggap orang lain tersasar dan sesat.

Oleh kerana itu, nampaknya menjadi fardhu `ain hukumnya untuk mengkaji ilmu kesucian hati dalam rangka ma'rifat iaitu mengenal Allah swt.

Datangilah majlis pengajian yang di dalamnya kita dibimbing untuk riyadhah, berlatih mengenal dan mendekatkan diri dengan Allah Azza wa Jalla. Kita sentiasa dibimbing untuk banyak berzikir, mengingati Allah dan mengenal kebesaranNya sehingga kita sedar betapa teramat kecilnya kita ini di hadapanNya.

Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa.

Oleh itu, mengapa kita perlu :

a. Merasa ujub, riya', takabur dan sum'ah.

b. Merasa diri besar, sedangkan yang lain kecil.

c. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain bodoh.

Adakah kita memerlukan perasaaan di atas dari sebahagian peratusan kecil dari setitis ilmu yang kita miliki?

Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah pemberian Allah jua, yang sama sekali tidak sukar bagiNya untuk mengambilnya kembali dari kita?

Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan olehNya untuk mendapatkan ilmu yang mampu menjadi penerang dalam kegelapan dan pemandu jalan untuk kita lebih bertaqarrub kepadaNya.

Ya Allah, kami memohon kepadaMu Ilmu yang bermanfaat yang mendekatkan diri kami kepadaMu dan kami berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat yang akan menjauhkan kami dariMu. Bersihkanlah hati kami supaya ianya nanti akan menjadi wadah atau bejana yang mampu menarik ilmu-ilmu dari sisiMu serta akan menyinarkan cahaya di relung-relungnya.

Ameen Ya Rabbal Alameen

Wan Ahmad Sanadi Wan Ali
Pengerusi JK Tarbiah IKRAM Shah Alam

"Ukhuwah Teras Kegemilangan"
"IKRAM Wadah Perjuangan"
 ·  · Share

No comments:

Post a Comment